back again with me....
di blog saya kali ini, saya ingin berbagi informasi tentang perbedaan mirrorless dengan dslr, sebelum ke topik utama kakak bisa menghubungi saya di:
- IG @wahyu_baskara
- Fb wahyu baskara
- email wahyubaskara17@gmail.com
Ok kita langsung aja k topik utama
first sebelum mengetahui perbedaannya, kita harus tau apa itu kamera dslr dan apa itu kamera mirrorless
well
- kamera dslr adalah kamera digital yang menggunakan sistem cermin otomatis dan pentaprisma atau pentamirror untuk meneruskan cahaya dari lensa menuju ke viewfinder
-
kamera mirrorless adalah kamera yang pada dasarnya sama seperti kamera DSLR tapi tidak memakai cermin/pentaprisma. Mirrorlessmempunyai banyak nama lain seperti MirrorlessInterchangeable-Lens Camera (MILC), Compact System Camera (CSC), Mirrorless System Camera (MSC), Digital Single Lens Mirrorless (DSLM)
nahh setelah kita mengetahui nama kamera tersebut sekarang kita akan membandingkan kedua kamera tersebut,
UKURAN & BERAT
DSLR:
seringkali berukuran besar, dempal, ini akan ngebantu banget kalau pas pakai
lensa tele yang panjang (dan berat).
Mirrorless:
yup, secara umum mirrorless jelas akan lebih kecil, tapi kadang malah
lensa-lensa untuk mirrorless juga segedhe gaban juga kayak punya DSLR
Ukurannya yang kecil adalah daya jual utama kamera mirrorless, tapi bukan berarti pada prakteknya mirrorless akan selalu lebih kecil dari DSLR. Ketika ngefoto (dan ngevideo), kita juga menggunakan lensa, nggak hanya body kamera saja. Karena itu, terkadang ketika mirrorless Anda dikombinasikan dengan lensa yang guedhe, ya sama aja jadinya besar juga.
Problem
soal ukuran lensa ini ada di semua kamera mirrorless, baik yang full frame
maupun yang sensornya APS-C. Meskipun lensa kit bawaan mirrorless relatif
kecil, pasti ada aja kalanya ketika kita harus ganti lensa, dengan focal length
yang panjang, terutama kalau kita udah makin niat sama fotografi. Dan,
terjadilah kombinasi kamera yang kurus dengan lensa yang gendut.
Nah
uniknya, sejalan dengan berjalannya waktu, dan semakin canggihnya teknologi
mirrorless zaman sekarang, tahun ke tahun ukuran kamera-kamera mirrorless yang
“high-end” malah tambah besar. Dan di titik inilah kita mulai bingung harus
beli yang mana kan? soalnya ukuran juga mulai sama hehe..
Lensa
DSLR:
rata-rata memiliki beragam pilihan focal length dan diafragma
Mirrorless:
pilihan lensa masih bertumbuh, sepertinya segera sebanyak punya DSLR
Jika Anda
ingin punya banyak pilihan lensa, maka menggunakan DSLR harusnya jadi pilihan
utama Anda, karena selain tipe yang macam-macam dari brand bawaan kamera,
banyak merk 3rd party yang support DSLR (seperti Tamron, Sigma).
Meskipun
mirrorless baru keluar 10 tahun lalu, dan saat ini lensa-lensa yang khusus
untuk mirrorless memang belum banyak pilihannya, namun mirrorless masih mungkin
menggunakan lensa-lensa DSLR dengan menggunakan adapter.
Sebaliknya,
kamera DSLR tidak bisa menggunakan lensa-lensa mirrorless karena titik fokus
yang terlalu jauh sehingga tidak akan pernah bisa fokus.
Namun
sejalan dengan semakin hits-nya mirrorless, kita bisa berharap pilihan lensa
yang lebih banyak ke depannya.
Viewfinder
DSLR:
masih banyak fotografer yang lebih nyaman dengan tampilan optik untuk tampilan
yang lebih jelas dan bebas nge-lag.
Mirrorless:
sementara yang lain malah lebih suka dengan live view versi digital yang
ditampilkan di LCD.
Semua
DSLR, bahkan yang paling murah, selalu dilengkapi dengan optical viewfinder
karena memang itu salah satu desain yang ditawarkan oleh DSLR sejak dulu kala.
Di sisi
lain meskipun ada beberapa mirrorless yang menawarkan viewfinder, namun kebanyakan
mirrorless tidak. Sehingga Anda harus menggunakan LCD di bagian belakang untuk
mengkomposisi foto Anda. Alhasil, terang dikit aja (atau di outdoor), maka Anda
akan kesusahan live view di LCD.
Mirrorless
yang menawarkan viewfinder biasanya yang agak mahalan, itupun adalah electronic
viewfinder—maksudnya menampilkan apa yang diterima sensor secara langsung,
tidak melalui cermin optikal. Nah, electronic viewfinder ini kalau yang
baru-baru udah nggak ada pixelation (alias kelihatan kotak-kotak) seperti
mirrorless zaman awal, namun Anda masih akan menemukan kasus yang kadang agak
lag ketika nggerakin kamera terlalu cepat.
Keuntungan
menggunakan electronic viewfinder adalah kita bisa menerima lebih banyak
informasi dibandingkan dengan optical viewfinder. Kenapa? Karena electronic
viewfinder bisa nge-simulasi-kan kira-kira hasil akhir foto kita akan seperti
apa, warnanya, distorsinya, tajamnya, dll. Plus masih bisa lihat sebaran
histogram secara live.
Namun,
simulasi ini tidak selalu sempurna, karena itu masih banyak fotografer yang
cenderung memilih pakai optical viewfinder, melihat secara apa adanya tanpa ada
gangguan dari settingan kamera yang kita pilih, dan melihat hasil akhirnya
kemudian. Lagipula, dengan gini waktu kondisi terang pun kita tetap bisa
melihat secara detail tanpa tergantung dengan LCD.
Autofocus
DSLR:
kalau dulu, autofocus DSLR jelas jauh lebih unggul, tapi kalau sekarang beda
cerita. Secara umum, intinya autofocus pada DSLR lebih baik dalam tracking
subjek kita, tapi tidak seberapa akurat saat live view.
Mirrorless:
sebaliknya, live view cukup akurat saat kita melihat lewat LCD. Dan seri-seri
terbaru bisa dibilang autofocusnya udah bagus-bagus semua.
DSLR
rata-rata sudah menggunakan “phase-detection” dalam autofocus-nya yang ketika
dipakai sangat responsive dengan pergerakan, alhasil ya rata-rata sudah sangat
cepat. Namun, kelemahannya adalah metode ini hanya bisa jalan jika cermin di
dalam kamera menghadap ke bawah. Sementara ketika Anda menggunakan live view di
LCD untuk mengkomposisi (yang mana saat itu cermin menghadap ke atas), sistem
ini nggak jalan. DSLR akan otomatis menggunakan sistem contrast AF yang relatif
lebih lambat.
Tapi kalau
Anda berniat pakai DSLR keluaran baru seperti: EOS 800D, 80D, dan 5D Mk IV,
maka Anda tidak perlu begitu khawatir. Canon memberikan inovasi baru dimana
phase detection ini sudah dipasang di dalam sensor. Hal ini akan mengatasai
masalah DSLR pada umumnya seperti yang dijelaskan di atas.
Sementara
itu, mirrorless bergantung sepenuhnya pada sensor (tidak pakai cermin) dan
rata-rata menggunakan contrast AF. Yang perlu diperhatikan adalah contrast AF
di mirrorless lebih cepat jika dibandingkan dengan contras AF di DSLR. Kok bisa
gitu? Karena lensa-lensa mirrorless udah didesain khusus supaya bisa perfom
dari sisi autofocus juga.
Kalau
mirrorless pakai lensa DSLR gimana? Otomatis ada penurunan kecepatan di sisi
autofocus, tapi kan nggak mengurangi kualitas hasil foto :).
Berita
bagus dari sisi mirrorless adalah banyak keluaran baru yang menggunakan sistem
hybrid AF. Sistem ini menggabungkan phase detection dan contrast AF. Dengan
sistem ini, mirrorless baru nggak hanya cepat, tapi juga akurat dalam mengunci
fokusnya.
Continous
Shot
DSLR:
bahkan DSLR terbaik pun udah kalah cepet kalau udah ngomong speed burst mode
Mirrorless:
desain mirrorless memungkinkan produsen memasangi fitur high speed burst mode
Dalam
ngefoto action (alias subjek bergerak), kita pasti menggunakan burst mode agar
bisa njepret banyak dan berharap beberapa ada yang fokus dan memberikan foto
yang bagus. Dan di poin inilah kamera mirrorless bisa lebih unggul.
Tanpa
cermin, artinya hanya sedikit part pada mirrorless yang “bergerak” untuk
menghasilkan satu jepretannya, dan memungkinkan njepret lebih cepet. Karena
itulah kalau udah ngomong speed pada mode burst mode, mirrorless lebih di
depan.
Beberapa
mirrorless bahkan ada yang menawarkan burst speed hingga 60fps. Yang perlu
diingat di sini adalah: burst mode membantu kita mendapatkan banyak gambar
ketika ada momen bagus yang lewat, tapi semakin banyak gambar yang Anda foto,
semakin cepat memory penuh juga, dan Anda juga harus memilah satu persatu foto
sebanyak itu untuk dapat yang “paling bagus”.
Jadi
tetaplah bijak dalam melihat spesifikasi di sini :)
Video
DSLR: dulu
dijadikan andalan utama dalam hal video, beberapa tahun ke belakang ini mulai
disalip oleh mirrorless
Mirrorless:
4K udah mulai jadi resolusi umum, AF yang terus lebih bagus – ini masa depan,
guys!
Kamera
DSLR adalah kamera pertama yang menawarkan resolusi profesional HD dan Full HD.
Diiringi dengan luasnya pilihan lensa dan aksesoris lain, serta support yang
sudah diakui, banyak profesional videografer yang memilih DSLR.
Tapi itu
dulu, sebelum mirrorless hadir dengan fitur-fitur video yang gendeng.
Resolusi
video 4K sudah jadi standar umum di kamera-kamera mirrorless keluaran terbaru,
sementara DSLR belum beranjak dari Full HD. Kemudian juga ada live view
autofocus yang sangat efisien sekali dan hingga saat ini hanya ada di
mirrorless. Plus hal ini juga ditunjang dengan semakin banyaknya adapter dan
aksesoris-aksesoris lain yang diperuntukkan kamera compact ini.
Kamera-kamera
mirrorless baru seperti Panasonic Lumix GH5 dan Sony A7S II bahkan disukai oleh
baik fotografer maupun videografer profesional.
Fitur
DSLR:
bahkan DSLR yang entry level sudah lengkap dengan full manual control
Mirrorless:
belakangan ini mulai mengimbangi DSLR dalam hal kontrol, bahkan di beberapa
seri selangkah dua langkap lebih maju
Dalam hal
fitur fotografi dan kontrol, sulit membedakan DSLR dan mirrorless.
Keduanya
menawarkan manual kontrol yang sudah canggih, exposure, kecepatan fokus, dan
juga sama-sama bisa memotret dalam format RAW dan JPEG, memungkinkan kita semua
mendapatkan hasil yang bagus terlepas mau pakai yang mana saja.
Namun
terus ingat tentang viewfinder ya — semua DSLR memiliki viewfinder, namun
mirrorless yang relatif “hemat” cenderung tidak punya.
Kualitas
Gambar
DSLR:
menggunakan teknologi terbaru dan the best baik untuk sensor APS-C maupun Full
Frame mereka
Mirrorless:
menggunakan sensor yang sama, tapi beberapa seri menggunakan format yang lebih
kecil
Nggak ada
yang bisa dipilih di sini. Memang benar bahwa resolusi terbesar pada DSLR,
Canon EOS 5D bisa memotret full frame dan masih di resolusi 50MP. Sementara
Sony A7R III sebenarnya nggak jauh-jauh juga dengan resolusi 42.2 MP-nya.
Kualitas
gambar bukan soal megapixel aja tentunya ya kan? Karena faktor utama dalam hal
kualitas gambar ada pada ukuran sensor. Sensor full frame adalah sensor dengan
ukuran terbesar (saat ini) dan menawarkan kualitas terbaik, namun sensor APS-C
juga sudah cukup bagus dan lebih murah.
Anda bisa
mendapatkan kedua jenis sensor tersebut baik di DSLR maupun mirrorless.
Yang perlu
diingat adalah masih ada beberapa mirrorless di pasaran yang sensornya
menggunakan micro 4/3 (lebih kecil dari APS-C). Kamera dengan sensor lebih
kecil memang cenderung memiliki ukuran bodi dan lensa yang lebih kecil. Karena
itu putuskan kembali mana yang lebih penting bagi Anda, ukuran atau kualitas
gambar.
Ketahanan
Baterai
DSLR: rata-rata
tahan sampai 600-800 jepretan, seri yang bagusan bisa sampai 1000 jepretan
Mirrorless:
rata-rata baterainya lebih cepat habis, kuat hingga 300-400 jepretan. Pastikan
ada baterai cadangan
Ngebahas
soal perbandingan baterai emang nggak asyik ya? Tapi jadi penting banget kalau
perbedaanya sangat kerasa seperti kasus DSLR vs mirrorless ini.
Sebagai
contoh, Nikon D7500 bisa dipakai njepret hingga 950 foto dalam sekali charge,
sementara Fujifilm X-T2 (yang speks nya nggak jauh-jauh juga) hanya bisa tahan
sampai 340 foto sebelum akhirnya baterai habis.
Pola yang sama akan terjadi di semua pebandingan DSLR dan mirrorless
lainnya.
Masih
belum jelas kenapa, tapi secara fisik memang baterai DSLR ukurannya seringkali
lebih besar. Beberapa dari kita mungkin Anda yang kepo “Kan menggerakkan cermin
butuh daya lebih besar?” Atau “LCD terus nyala kan otomatis cepet ngabisin
baterai…”. Namun, sepertinya bukan karena itu alasannya.
Yang jelas
dalam soal baterai ini, DSLR memang memiliki ketahanan baterai yang lebih baik
dan siap-siaplah membeli baterai cadangan jika menggunakan mirrorless.
Harga
DSLR: beli
DSLR murah seringkali dirasa lebih worthy daripada beli mirrorless murah
Mirrorless:
Mirrorless hemat nggak punya viewfinder; yang ada viewfinder-nya cenderung
lebih mahal
Anda
mungkin berharap bahwa mirrorless sebagai kamera yang lebih kecil dan lebih
simple jatuhnya akan lebih murah. Tapi faktanya nggak gitu juga kok.
Karena
misalnya sekarang, kamera DSLR Canon seri tiga digit seperti EOS 750D harganya
juga hampir sama dengan Sony A6000. Sama-sama APS-C, sama-sama ada viewfinder
(meskipun satunya EVF) dan spesifikasi relatif memper nggak beda jauh. Itupun
dengan baterai 750D yang lebih tahan dan ukuran A6000 yang lebih kecil. Tapi
dari sisi harga, hampir sama (8jutaan).
Memang
secara harga, baru akhir-akhir ini saja mulai sama, mengikuti spesifikasi
mirrorless yang terus berkembang maka harganya juga berangsur-angsur lebih
mahal setiap keluar model baru.
Jadi tips bagi Anda mungkin mulai sekarang harus benar-benar
menimbang-nimbang antara DSLR dan mirrorless. Harapan kami 10 perbedaan
“singkat” ini menjadi gambaran yang cukup bagus untuk memutuskan beli yang
mana… :)
well sekian blog kali ini semoga membantu ya kakak........... :v
see you in my next blog
Uwauu
BalasHapusGuud
BalasHapusTeruskan kak
BalasHapusMksii infonya kak
BalasHapusMantap kakak
BalasHapusNice
BalasHapusTrimss infonya kak
BalasHapusTrimss infonya kak
BalasHapusTrimss infonya kak
BalasHapusMantappp
BalasHapusMantap infonya kak
BalasHapusMantapp
BalasHapusMuantap
BalasHapusBerfaedah banget
BalasHapusBaru tau tentang ini kak
BalasHapus